• Sempat Mendua

    ini dia.. kelasku yang baru, tapi orang-orangnya nggak semua baru

  • paus biru

    mau tahu apa itu paus biru dan karakteristiknya? nih ada liputannya

  • This is jangkrikku

    ini dia keas yang paling keren dan kece yang gaakan terlupakan. jangkrik is the best:D

Friday, April 26, 2019

PATOFISIOLOGI PAROTITIS



Swelling parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agen penyebab parotitis  antara lain akibat:
1.      Droplet udara
2.      Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3.      Kontak dengan cairan penderita berupa muntahan, saliva, dan urin baik secara langsung maupun dari peralatan yang telah terkontaminasi.
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui sel epitel hidung atau mulut kemudian melakukan replikasi di tempat tersebut. Virus ini dapat masuk ke darah (viremia) dan kemudian masuk ke kelenjar parotis (parotitis) dan organ lain (ginjal, SSP, dst). Masuknya virus ke organ parotis bukanlah suatu keharusan. Sehingga infeksi paramyxovirus tidak harus menyebabkan parotitis.
Paramyxovirus mengalami masa inkubasi selama 2 minggu sampai 4 minggu (16-18 hari) yang merupakan khas pada infeksi virus ini. kemudian virus ini akan ditemukan di saliva 2 hari setelah awitan dan 9 hari setelah awitan baru muncul edema pada kelenjar paortis.
Selain bereplikasi di saluran pernapasan atas virus ini dapat bereplikasi di epitel organ dalam dan ditemukan sering menginfeksi ginjal. Sehingga virus ini dapat ditemui di urin hospes menetap selama 14 hari.

Penderita parotitis umunya terjadi pada anak-anak usia 5-9 tahun berkaitan erat dengan mulai meningkatnya aktivitas yang memungkinkan adanya kontak dengan penderita parotitis dan juga belum terbentuknya imunitas permanen terhadap paramyxovirus. Sedangkan pada bayi <6 3-7="" 4="" 6="" a="" akan="" akut="" anigen="" antibodi="" antigen-antigen="" antigen="" awitan="" berbagai="" berhubungan="" bermakna="" bertahun-tahun.="" bulan.="" bulan="" dan="" dari="" dengan="" di="" disekresi="" ditemukan="" f1="" glikoprotein="" hari="" hidup="" hn="" ibu.="" igg="" igm="" imunitas="" imunoglobulin="" infeksi="" ini="" internal="" kali="" konvalesens.="" kurang="" lambat="" lebih="" masih="" membentuk="" mendapatkan="" menetap="" menunjukkan="" menyebabkan="" minggu="" muncul="" namun="" nasofaring="" netralisasi="" nukleokapsid="" o:p="" pada="" pajanan="" pasif="" penderita="" peningkatan="" pertama="" protein="" s="" sebagai="" secara="" sedangkan="" sehingga="" sementara="" serologinya="" serum="" setelah="" seumur="" subklinis="" terbentuk="" terbentuknya="" terhadap="" titer="" tubuh="" uji="" upaya="" v="" virus.="" virus="" yaitu="" yang="">
Infeksi virus akan menyebabkan aktivasi respon inflamasi sehingga merangsang bradikinin dan histamin untuk melakukan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah yang menyebabkan ekstrasudasi cairan ke interstitisal dan menyebabkan bengkak pada wajah bagian pipi berdasarkan letak anatomis kelenjar parotis tersebut berada yaitu regio posterior auricular. Bengkak juga dapat terjadi karena adanya invasi dari limfosit, peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik akibat infeksi. Ketika bengkak ini menekan nervus fascialis yang berputar melingkar daerah molar 1 dan 2 maka akan menimbulkan manifestasi nyeri dan trismus.
Terjadinya infeksi akan mengundang sel darah putih monosit untuk measuki jaringan yang terinfeksi, hal ini dipermudah oleh peningkatan permeabilitas pembuluh darah akibat adanya histamin. Monosit menjadi makrofag di jaringan dan akan memakan virus. Selain itu makrofag mengeluarkan sitokin-sitokin inflamasi IL1, IL2, TNFalfa yang akan merangsang sel endotel hipotalamus dibantu oleh enzim fosfolipase A2 yang akan menghasilkan asam arakidonat dan akan menghasilkan prostaglanlandin pada jalur COX sehingga terjadi peningkatan termostat poin hipotalamus sehingga penderita akan mengalami peningkatan suhu tubuh/demam.
Akibat adanya pembengkakan bagian pipi dan rasa nyeri sehingga menyebabkan kesulitan dalam membuka mulut dan melakukan pengunyahan sehingga akan menyebabkan pasien malas untuk makan dan timbulah anoreksia. Anoreksia juga dapat disebabkan karena demam dan nyeri seluruh tubuh akibat infeksi organ lain karena virus dapat menyebar melalui darah. Anoreksia membuat penderita parotitis kekurangan energi sehingga terjadi malaise. Kegelisahan dapat terjadi disebabkan karena sebagian besar pasien merupakan anak-anak dan kurangnya pengetahuan orang tua terhadap penyakit sehingga tidak mengetahui penatalaksanaan dengan baik.



Tuesday, March 12, 2019

SOAL MIKROBIOLOGI JAWETZ : difteri, Streptococcus pneumoniae, Francisella Tularensis, hemophylus influenza


1.       Seorang anak laki-laki berusia 8 tahunmenderita nyeri tenggorok berat. Pada pemeriksaan terlihat eksudat keabuan (pseudomembran) di tonsil dan faring. Diagnosis banding faringitis berat seperti ini meliputi infeksi oleh streptokokus grup A, infeksi virus epstein Barr Virus, faringitis Neisseria gonorrhea, dan difteri. Penyebab faringitis anak laki-laki tersebut yang paling mungkin adalah
a.       Basil gram negatif
b.      Virus RNA sense positif beruntai TUNGGAAL
c.       Kokus gram positif katalase yang positif tumbuh berkelompok
d.      Basil gram positif berbentuk gada
e.      Virus RNA beruntai ganda
2.       Mekanisme primer patogenesis penyakit anak laki-laki (pertanyaan nomer 1) tersebut adalah
a.       Peningkatan akhir monofosfat adenosisn siklik intraseluler
b.      Kerja eksotoksin pirogenik (supraantigen)
c.       Inaktivasi asetilkolin esterase
d.      Kerja enterotoksin A
e.      Inaktivasi pemanjangan faktor 2
3.       Difteri kulit yang terjadi pada anak area tropis secara khas
a.       Tidak terjadi pada anak yang divaksinasi dengan toksoid difteri
b.      Secara klinis berbeda dengan infeksi kulit (pioderma, impetigo) yang disebabkan oleh streptococcus pyrogens dan staphylococcus aureus
c.       Juga sering di garis lintang utara
d.      Menyebabkan kadar antitoksin protektif pada sebagian anak ketika mereka berusia 6-8 tahun
e.      Menimbulkan kardiomiopati disebabkan oleh toksin
4.       Seorang laki-laki 48 tahun dibawa ke rumah sakit karena stupor. Ia terlihat kumuh dan tunawisma serta hidup di penampungan dengan para tunwisma lain yang menghubungi pihak berwenang ketika pasien tidak dapat dibangunkan. Pasien meminum banyak anggun yang telah difortifikasi dan minum sangat banyak pada 2 malam sebelumnya. Suhu tubuhnya 38,5 C dan tekanan darahnya 125/80 mmHg. Ia mengerang ketika berusaha dibangunkan. Ia menunjukkan tanda kernig dan burdinzki positif, yang menandakan adanya iritasi mening. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan thorax menandakan adanya konsolidasi pada lobus bawah paru kiri. Aspirat endotrakeal memperlihatkan sputum berwarna coklat kemerahan. Pemeriksaan asupan sputum dengan pewarnaan gram yang menunjukan banyak sel polimorfonuklear dan banyak diplokokus gram posiifyang berbentuk lanset, pada pungsi lumbal cairan serebrospinaltampak keruh dan jumlah sel darah putihnya 570nL dengan 95% sel polimorfonuklear; pewarnaan gram menunjukkan diplokokus gram-positif. Berdasarkan informasi tersebut, kemungkinan diagnosisnya adalah
a.       Pneumona dan meningitis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus
b.      Pneumona dan meningitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyrogens
c.       Pneumona dan meningitis yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
d.      Pneumona dan meningitis yang disebabkan oleh Enterococcus faecalis
e.      Pneumona dan meningitis yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis
5.       Pasien dengan pertanyaan nomer 4 mulai diberikan antibiotik untuk melawan berbagai kemungkinan mikroorganisme. Kemudian, biakan sputum dan cairan serebrospinal menumbuhkan diplokokus gram positif dengan minimum inhibitory infiltration concentration (MIC) terhadap penicilin G>2  ng/ml. Obat untuk pasien ini sampai uji sensitivitas lebih lanjut dapat dilakukan adalah
a.       Penisilin G
b.      Nafsilin
c.       Trimetropin-sulfametoksazol
d.      Gentamisin
e.      Vankomisin
6.       Infeksi ini (nomer 4) dapat dicegah oleh
a.       Benzantin penisilin intramuskular profilaktik setiap 3 minggu
b.      Vaksin polisakarida kapsular 23 valen
c.       Vaksinyang melawan polisakarida kapsular yang serogroup A,C, Y, dan W135
d.      Vaksin yang poliribosirbitol polisakarida kapsular yang terikat secara kovalen dengan protein
e.      Penisilin V oral setiap hari
7.       Mana yang termasuk patogenesis organisme yang menyebabkan infeksi (nomer 4)
a.       Invasi sel yang melapisi alveoli dan masuk ke dalam sirkulasi venula paru
b.      Resistensi terhadap fagosistosis yang diperantari oleh protein M
c.       Migrasi ke kelenjar limfe mediastinum tempat terjadinya perdarahan
d.      Setelah fagositosis, organisme melisiskan vakuola fagosist dan dilepaskan ketika sel fagosistik masuk ke dalam sirkulasi
e.      Penghambatan fagositosis oleh kapsul polisakarida
8.       Protein polisakarida kapsuler 7 valen mengonjugasi vaksin untuk patogen pada pertanyaan nomer 4 dianjurkan
a.       Untuk usia 18 tahun dan orang dewasa tertentu
b.      Haya untuk orang yang terpajan dengan penderita penyakit yang disebabkan oleh organisme tersebut
c.       Untuk anak-anak berusia 2-23 bulan dan anak-anak tertentu yang berusia 59 bulan
d.      Untuk anak-anakyang berusia 24-72 bulan
e.      Untuk semua kelompok umur di atas usia 2 bulan
9.       Seorang petugas kepala penjara 55 tahun di Vermont menemukan seekor tikus air mati di pinggir sungai. Kemudian dia mengambil mayat binatang tersebut, danberpikir mungkin tikus ini mati  karena terperangkap atau ditembak secara ilegal, ternyata tikus ini tidak tertembak atau terperangkap, dan petugas tersebut menguburnya. Empat hari kemudian dia menderita ulkus 1.5 cm yang terasa nyeri pada jari telunjuk tangan kanannya, ulkus 1 cm pada dahi kanannya dan nyeri pada aksila kanannya. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya limfadenopati aksila kanan. Pasien tersebut kemungkinan terinfeksi...
a.       Spesies brucella
b.      Ricketsia ricketsii
c.       Salmonella typhi
d.      Haemophilus drucei
e.      Francisella tularensis
10.   Seorang anak laki-laki 18 bulan sedang bermain dengan seorang anak penderita meingitis haemophulus influenz. Orang tua anak tersebut konsultasi dengan dokter anaknya, dan dokter tersebut mengatakan tidak perlu khawatir, anaknya tidak akan tertular karena sudah diimunisasi dengan vaksin konjugat poliribosa fosfat  (PRP) protein. Mengapa bayi usia 2 bulan sampai 2 tahun perlu diimunisasi dengan vaksin konjugat polisakarida protein?
a.       Protein konjugat adalah protein toksoid difteri dan tujuannya adalah agar bayi yang diimunisasi dapat membentuk antibodi spontan terhadap difteri
b.      Bayi usia 2 bulan sampai 2 tahun tidak berespon secara imunologi terhadap vaksin polisakardia yang tidak terkonjugasi dengan suatu protein
c.       Vaksin konjugatdirangsang untuk anak yang lebih besar, dewasa serta bayi
d.      Antibodi maternal ( transpalsenta ) yang melawan haemophulus influenza  hilang dari sirkulasibayi 2 bulan
e.      Tidak ada jawaban yang benar