urtikaria pada penderita alergi |
1.
Mengurangi
paparan antigen (dan iritan)
a.
Lingkungan
(renitis alergika=alergi hidung)
Melakukan
penghindaran terhadapa agen-agen yang berpotensi menjadi alergen seperti debu
ruangan, zat- zat yanrasal dari hewan, dan hasil pertanian. Melakukan
pembersihan rumah secara rutin dapat dilakukan guna menghindari menghindari
hal-hal tersebut. Pemberishan dapat dilakukan pada lantai, meja, bagian atas
lemari, dan tempat-tempat terpencil dan sulit dijangkau dalam ruangan. Menutup barang-barang
yang mudah terkena debu dengan kain setelah dibersihkan agar alergen tidak mudah
menempel dan sulit untuk dihilangkan walaupun tetap harus dilakukan pemberihan
secra rutin. Selin itu, menggunakan filter ruangan atau mengganti ruanganmenjadi
rungan tertutup dengan penyejuk ruangan juga dapat menjadi opsi lain.
Apabila
sudah diketahui alergen spesifik tubuh maka diperlukan menghindari sumber
alergen. Hewan merupakan agen yang membawa banyak penyakit dan menjadi sumber
alergen yaitu pada saliva, sekret air, urin serta bulu dan rambut yang mudah
menempel pada perabotan rumah atau pakaian. Penggunaan perabotan seperti
primadani dari bulu atau rambut hewan dapat juga menjadi sumber alergen
sehingga pada beberapa kasus hipersensitivitas dilakukan penggantian perabotan
b.
Makanan
Menghindari
beberapa makanan yang sudah diketahui merupakan alergen pada tubuh dapat
dihindari dengan tidak mengkonsumsinya. Apabila alergen masih belum diketahui
oleh penderita maka disarankan untuk menghindari makanan-makanan yang sering
dianggap alergen oleh beberapa orang yang mengalami hipersensitivitas yaitu
makanan-makanan berprotein tinggi dan makanan laut seperti udang, kerang, dan
ikan.
2.
Pengobatan
supresi untuk mengurangi gejala-gejala secara nonspesifik
-
Antihistamin.
Penggunaan
antihistamin dilakukan dalam menghambat reseptor H1 sangat berguna bagi pengobatan simptomatik (yaitu nonspesifik). Sifat
dari antihistamin yaitu antikolinergik, antiserotonin, dan/atau penenang
menjadikan obat-obatan tersebut mapu bersaing dengan histamin pada reseptor-reseptor
jaringan sebagai manfaat darinya. Pemberian efektif dengan oral diberikan beberapa
dosis perhari dan dapat dilkukan dalam jangka waktu lama.
Efek
samping pemberian obat antihistamin ditemukan jarang dan umunya menyebabkan
kantuk, letargi, membrana mukosa kering, dan kadang-kadang nausea, kejang, atau
kepala terasa ringan juga disertai gangguan presepsid alam sehingga dilarang
menjalankan aktivitas menggunakan mesin ketika dalam pengaruh antihistamin.
-
Amin
simpatamometis
Pemberian
obat ini biasanya dibarengi dengan pemberian antihistamin yang berguna untuk
mengimbagi pengaruh penenang pada agen antihistamin karena terdiri atas
eferidin, isoferidin, dan fenilpropanolamin bertindak sebagai dekongestan
mukosadan karena sedikit banyak menyebabkan stimulasi psikomotor.
Efek
samping dari obat ini yaitu dapat merusak fungsi, mata, jantung, saluran cerna,
dan genitourinarus.
3.
Hiposensitisasi
khusus untuk mengurangi respon terhadap alergen yang tidak dapat dihindari.
Imunoterapi
(hiposensitisasi) dengan memberikan pajanan terhadap alergen spesifik terus-menerus
penting untuk dilakukan dalam pengobatan. Dalam melakukan tindakan ini dapat
dilakukan tindakan injeksi intrakutan terhadap ekstrak alergen dengan dosis
yang terus menerus bertambah untuk jangka waktu yang lama sebgai usaha
memodifikasi reaktivitas klinis. Ditemukan bahwa terdapat penghentian pembentukan
Ig E spesifik namun nilai RAST tidak berkurang dan tes kulit tetap positif karena
Ig E biasanya bertambah pada awal penyuntikan. Adanya IgG dan IgA dapat
bersaing dengan IgE untuk melawan alergen sehingga menimbulkan reaksi
penghambatan. Selain itu, basofil pasien imunoterapi dosis tinggi melepaskan
histamin lebih sedikit. (Price and Wilson, 1992)
pricktest dilakukan sebelum skintest untuk mengetahui alergen |