Leptospirosis terjadi karena masuknya bakteri Leptospira sp yang terdapat pada urin tikus ke kulit manusia lewat genangan air |
Pada
leptospirosis, komplikasiyang sering terjadi ialah iridosiklitis, gagal ginjal,
miokarditis, meningitis aseptik, dan hepatitis. Pendarahan masif jarangditemui
dan bila terjadi selalu menyebabkan kematian (Mansjoer et al, 2000).
A.
Iridiosikilitis
Menurut Kanski
(1994), Uveitis anterior didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai traktus uvealis bagian
anterior yaitu iris (iritis) dan dapat pula mengenai bagian anterior
badan siliaris
(iridosiklitis). Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi
mikroorganisme atau agen lain dari luar. Secara endogen, dapat disebabkan
idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme atau agen lain dari dala tubuh
pasien, misalnya pada infeksi tuberkulosis, Herpes simplex virus, dan
sebagainya (Mansjoer et al, 2000). Pada Leptospirosis, leptospira dapat masuk
ke aliran darah dan menjangkiti sel-sel jaringan tubuh, sehingga memungkinkan
terjadinya iridiosikilitis.
B.
Gagal
ginjal
Gagal Ginjal dibagi menjadi dua
yaitu, gagal ginjal akut dan kronis
1.
Gagal
ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang biasanya, tapi
tidak seluruhnya, reversibel.
Gagal
ginjal akut dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
1.
Praginjal
atau sirkulasi. Terjadi akibat kuranganya perfusi ginjal dan perbaikan dapat
terjadi dengan cepat setelah kelainan tersebut diperbaiki, misalnya hipovolemia
atau hipotensi, penurunan curah jantung, dan peningkatan viskositas darah.
2.
Pasca
ginjal atau obstruksi. Terjadi akibat obstruksi aliran urin, misalnya obstruksi
pada kandung kemih, uretra , kedua ureter, dan sebagainya.
3.
Ginjal
atau intrinsik atau parenkimal. Akibat penyakit pada ginjal atau pembuluhnya.
Terdapat kelainan histologi dan kesembuhan tidak terjadi dengan segera pada
perbaikan faktor praginjal atau obstruksi, misalnya nekrosis kortikal akut,
penyakit glomerolus akut, obstruksi vaskular akut, dan nefrektomi.
2.
Gagal
ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat presisten dan
ireversibel.
Pada
Leptospirosis.
Leptospira
yang masuk ke interstinum tubulus ginjal dan lumen tubulus akan menghambat
sirkulasi mikro dan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
kebocoran cairan yang menyebabkan terjadinya hipovolemia. Hipovolemia dapat
menjadi penyebab terjadinya gagal ginjal sehingga ginjal mengalami edema,
renalomegali, pendarahan subkapsular dan nekrosis tubulus renal.
C.
Miokarditis
Pada leptospirosis miokarditis
diakibatkan karena leukosit dan neutrofil yang berusaha memfagosit bakteri
leptospira gagal menghancurkannya. Apabila leptospira berhasil lolos dari
sistem imun maka bakteri ini akan menginfeksi jaringan seperti miokardium
jantung sehingga terjadi miokarditis. Leptospirosis yang dapat menyebabkan
miokarditis disertai aritmia jantung berupa fibrasi atrial,flutter atrial,
akikardi ventrikular, dan ventricularpremature beat adalah L. Pomona dan
L.grippotyphosa.
D.
Meningitis
aseptik
Leptospira yang berhasil masuk ke
dalam cairan seberospinal dapat menyebabkan radang pada selaput pembungkus otak
sehingga terjadi meningitis. Jika terus menginfeksi ke dalam dapat juga
menyebabkan ensefalitis sehingga maifestasi klinisnya didapati rasa panas,
nyeri kepala (frontal, occipital) fotofobia (Andani, 2014).
E.
Hepatitis
Leptopsira di hati dapat menyebabkan terjadinya
nekrosis sentrolobuler, hipertrofi dan hiperplasia sel kupffer. Sel kupferr
sendiri selain berfungsi untuk merombak sel darah merah juga berfungsi sebagai
pengahncur bakteri yang masuk ke dalam hati. Sehingga terjadi pembesaran hati
dan nyeri tekan disertai dengan SGOT yang meninggi, namun tidak melebihi 5x
normal.
Mansjoer, A., Suprohaita,
Wardhani, W. I., dan Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I
Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
Kanski J.
Uveitis. In: Clinical Ophthalmology. Third Edition. London:
Butterworth Heinemann, 1994. 151-155 .
Butterworth Heinemann, 1994. 151-155 .
Andani,
L., & Gassem, M. H. (2014). EVALUASI PENGGUNAAN KRITERIA DIAGNOSIS
LEPTOSPIROSIS (WHO SEARO 2009) PADA PASIEN LEPTOSPIROSIS DI RSUP DR KARIADI
SEMARANG (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro
University).